SAHABAT SEJATI

Sabtu, 22 Oktober 2011

Aku benci sebuah pertemuan, karena aku tahu akhirnya adalah perpisahan

Bagaimana mendeskripsikan kata perpisahan? Saya rasa semua orang juga bisa. Mendeskripsikan kata perpisahan adalah sebuah hal yang mudah. Begitu mudahnya. Mereka mendeskripsikan lebih menjurus pada sesuatu rasa luka, pedih, kehilangan, dan air mata. Eh, air mata? Rasanya belum tentu kalau ada air mata.

Adakah perpisahan yang bernada kegembiraan? Saya tak pernah yakin untuk hal itu. Setiap kali saya menuju bandara, melihat kerabat salah seorang penumpang menangis ketika sang penumpang hendak pergi.

Ketika ada perpisahan, lantas bagaimana? Akankah kita terus berkeluh kesah?

Maka, ketika ada pertanyaan. Mengapa ada pertemuan dan ada perpisahan? Karena itulah hukum alam. Semua orang tidak bisa melawannya. Mengapa ada kata perpisahan? Karena kata hanyalah sebuah simbolik dari sebuah makna. Hanya saja, ketika bagaimana kita merasakan, semua sudah terangkum dari sebuah kata: perpisahan.

Seperti halnya ada kelahiran, tentu ada kematian. Tak ada awal yang tanpa akhir. Tak ada cinta tanpa benci. Semua itu adalah sebuah proses yang diciptakan oleh alam dengan sendirinya. Tak ada yang dapat melawan semua proses-proses itu dan semua orang akan menjalaninya. Bukan semua orang, semua makhluk yang tanpa sengaja terlahir di dunia ini.

Ketika jarak begitu sangat jauh, ketika kita merasa kehilangan, maka ketika itulah kita tahu sebuah makna dari kata perpisahan. Sayapun sampai sekarang masih bertanya mengapa kata itu ada. Ketika perpisahan hanyalah membuat orang menjadi dirundung duka nestapa, terasa tanpa akhir. Dan semua orang juga akan menjalaninya, cepat atau lambat, tua atau muda, awal atau akhir. Bagaimana caranya, Tuhan memang punya rahasia besar, termasuk dengan perpisahan ini.

(Aku benci sebuah pertemuan, karena aku tahu akhirnya adalah perpisahan...)

Pekan Baru, 21 Oktober 2011
'' simplycius paji abe''

Rabu, 27 Juli 2011

JESSICA COX : PILOT PERTAMA YANG TIDAK MEMPUNYAI TANGAN

Jessica Cox pilot tanpa lengan pertama di dunia

Berikut adalah kisah luar biasa dari seorang pengendali pesawat alias pilot dalam menjelajahi angkasa. Pilot cantik bernama Jessica Cox yang meski lahir tak sempurna, tapi memiliki kemampuan luar biasa. Bahkan mungkin anda tak memilikinya.

Jessica Cox menderita cacat dan lahir tanpa lengan. Ketika lahir, tak satu pun dari tes kehamilan ibunya menunjukkan ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Namun ia lahir dengan penyakit bawaan langka, tetapi juga dengan semangat yang besar. 


Hal yang sama Jessica lakukan dalam menerbangkan pesawat Ya, menerbangkan pesawat dengan kakiknya. Pesawat tersebut dirancang khusus . Butuh waktu tiga tahun, untuk menyelesaikan lisensi pesawat ringan nya. Dia memiliki tiga instruktur terbang dan berlatih 89 jam terbang, menjadi pilot pertama tanpa lengan. 
Luar Biasa!